Aplikasi Pranata Mangsa Online , Cara Mudah dan Praktis Untuk Melihat Musim Dalam Budaya Jawa -->

Aplikasi Pranata Mangsa Online , Cara Mudah dan Praktis Untuk Melihat Musim Dalam Budaya Jawa

Dalam Seni Jawa Kuno Warisan Budaya Indonesia ada beberapa musim yang disebut Pranata Mangsa. Bagi para orang tua Pranata Mangsa mungkin sudah tidak asing lagi terdengar, tapi bagi para anak-anak dan pemuda/pemudi masa kini mungkin banyak yang tidak mengetahuinya.

Tidak bisa dipungkiri, karena perkembangan jaman yang semakin pesat dan banyaknya ilmu pengetahuan modern yang mereka dapat membuat mereka lupa pada warisan budaya indonesia.

Pada kesempatan kali ini kami menyediakan aplikasi Pranata Mangsa atau Pranoto Mongso online. Cukup masukkan tanggal dan bulan, Yuk langsung saja gunakan Aplikasinya dibawah ini :

Pranata Mangsa (PRANOTO MONGSO) Online

FITUR APLIKASI PRANATA MANGSA ONLINE

    Mudah Digunakan
    Antarmuka yang sederhana membuat aplikasi ini dapat digunakan oleh siapa saja tanpa kesulitan.

    Berbasis Web tanpa Install Aplikasi
    Pengguna dapat mengakses Pranata Mangsa Online secara langsung melalui browser tanpa perlu mengunduh atau menginstal aplikasi tambahan.

    Gratis
    Aplikasi Paranta Mangsa atau Pranoto Mongso disini tersedia secara gratis, menjadikannya aksesible bagi semua orang yang ingin menggunakannya. Informasi yang Lengkap

Cara Mengunakan Aplikasi Pranata Mangsa

  • Buka link Aplikasi Pranata Mangsa Online.
  • Pilih tanggal dan Tahun.
  • Klik tombol LIHAT.
  • Aplikasi akan menampilkan rincian Mangsa atau Mongso beserta arti dan penjelasaanya.

Apa itu Pranata Mangsa (Pranoto Mongso)

Pranata Mangsa atau Pranoto Mongso (bahasa Jawa : berarti "ketentuan musim") merupakan sistem penanggalan atau kalender yang dikaitkan dengan aktivitas pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Kalender Pranata Mangsa disusun berdasarkan pada peredaran matahari. Kalender ini memiliki 1 siklus (setahun) dengan periode 365 hari atau 366 hari.

Kalender ini memuat berbagai aspek fenologi dan gejala alam lainnya yang dimanfaatkan sebagai pedoman dalam kegiatan usaha tani maupun persiapan diri menghadapi bencana (kekeringan, wabah penyakit, serangan pengganggu tanaman, atau banjir) yang mungkin timbul pada waktu-waktu tertentu.

Pranata Mangsa berasal dari dua kata, yaitu Pranata (Pranoto) yang berarti aturan dan Mangsa (Mongso) yang berarti musim atau aturan waktu yang digunakan para petani sebagai penentuan untuk melakukan suatu pekerjaan.

Hal ini dipelopori oleh raja Pakoeboewono VII dan dimulai sejak 22 Juni 1856. Contoh : Penentuan untuk melaksanakan usaha tani bercocok tanam atau melaut para nelayan, merantau atau berperang. Biasanya digunakan oleh para petani pedesaan berdasarkan pada naluri saja, dari leluhur yang sebetulnya belum tentu dimengerti asal-usul dan bagaimana uraian setiap kejadian dalam setahun, tetapi tetap dipakai dan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.

Pranata mangsa adalah aturan waktu musim, yang berdasar pada kalender Masehi (solar calendar). Ada kemungkinan bahwa kalender Pranata Mangsa ini termasuk dari 40 sistem kalender yang oleh sebuah studi tahun 1987 digunakan di dunia dan dikenal dalam pergaulan internasional dan lebih spesifik hanya dikategorikan dalam tiga mazhab besar, yaitu :
sistem Kalender Masehi/Syamsiah (solar calendar), kalender Qomariah (lunar calendar) dan Lunisolar, sehingga kalender Pranata Mangsa mengacu pada sistem kalender yang perhitungannya berdasarkan perjalanan bumi saat melakukan revolusi mengorbit matahari.

Kalender Pranata Mangsa juga mengenal tahun kabisat dan basithah yang dikenal dengan wastu dan wuntu. Hal itu dilakukan sama persis dengan sistem kalender Syamsiah agar tetap sinkron dengan tahun tropis (musim). Untuk menjaga sinkronisasi inilah, maka jumlah harinya disisipi dalam bentuk tahun kabisat (leap year) sebagai tambahan pada jumlah hari rata-rata kalender tersebut.

Menurut sumber aslinya, yaitu Kitab Primbon Qamarussyamsi Adammakna,
Pranata Mangsa puniku petangan mangsa wawaton lampahing suz. Petangan punika dede barang enggal, wiwit kina-makina inggih sampun wonten. Ing taun Masehi 1855 potongan wau kabangun malih saking mangsa kasa (mangsa 1, dhawah ing suraya 22 Juni 1855. menggah jengkapi sataun wonten ing wekasaning mangsa : Sadha (mangsa 12), dhawah surya 20 Juni 1856. Dados pranata mangsa taun : 1 jangkep umur dinten. Petangan taun pranata mangsa wau, manawi dhawah taun wastu (taun lak) umur 365 dinten (mangsanipun kawolu umur 26 dinten), dene dhawah taun wuntu (taun panjang), umur 366 dinten dene pratelan kados ing ngandhap punika.

Dari uraian bahasa Jawa di atas dapat dipahami bahwa Pranata Mangsa diambil dari sejarah para raja di Surakarta, yang tersimpan di musium Radya-Pustaka. Menurut sejarah, sebetulnya baru dimulai tahun 1856, saat kerajaan Surakarta diperintah oleh Pakoeboewono VII yang memberi patokan bagi para petani agar tidak rugi dalam bertani, tepatnya mulai 22 Juni 1855 titik balik matahari pada musim panas, penanggalan ini dipakai di daerah tropis seperti di jawa dan Bali.

Anda mungkin menyukai postingan ini

Pada awalnya sebelum ada kalender Jawa, masyarakat masih menggunakan sistem penanggalan Saka Hindu yang berdasarkan pergerakan matahari. Kemudian pada tahun Saka Hindu 1554 atau bertepatan dengan tahun 1933 M, Raja Mataram Sri Sultan Agung Prabu Hanyokrokusumo mengganti konsep dasar sistem penanggalan matahari menjadi sistem bulan seperti kalender Hijriah. Perubahan penanggalan tersebut berlaku untuk seluruh pulau Jawa dan Madura, kecuali Banten, Batavia dan Banyuwangi (Blambangan).

Hal tersebut terjadi, karena tiga daerah tersebut tidak termasuk dalam wilayah kekuasaan Sultan Agung. Pulau Bali dan Palembang yang mendapatkan pengaruh budaya Jawa, juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung ini.

Perubahan kalender Jawa dilakukan pada hari Jumat Legi saat tahun baru Saka 1555 dan bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M. Pergantian sistem ini tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 yang sedang berjalan menjadi tahun pertama, tetapi meneruskannya. Hitungan tahun tersebut berlangsung sampai saat ini.

Pada tahun 1855 M, karena penanggalan bulan dianggap tidak memadai sebagai patokan para petani untuk bertanam, maka bulan-bulan musim atau bulan-bulan matahari yang disebut sebagai pranata mangsa diperbaharui oleh Sri Paduka Mangkunegara IV.

Penanggalan yang telah diperbaharui tersebut ditetapkan secara resmi dengan nama-nama pranata mangsa tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

No.
Hamaning Mangsa
Waktu Mangsa
Umur Wastu
Wuntu
1.
Kasa (kartika)
22 Juni – 1 Agustus
41
41
2.
Karo (poso)
2 Agustus – 24 Agustus
23
23
3.
Katelu
25 Agustus – 17 September
24
24
4.
Kapat (sitra)
18 Sepetember – 12 Oktober
25
25
5.
Kalima (manggala)
13 Oktober – 8 November
27
27
6.
Kanem (naya)
9 November – 21 Desember
43
43
7.
Kapitu (palguna)
22 Desember – 2 Februari
43
43
8.
Kawolu (wasika)
3 Februari – 28 Februari
26
27
9.
Kasanga (jita)
1 Maret – 25 Maret
25
25
10.
Kasadasa (srawana)
26 Maret – 18 April
24
24
11.
Dhesta (pradawana)
19 April – 11 Mei
23
23
12.
Sadha (asuji)
12 Mei – 21 Juni
41
41



365
366

Dalam tinjauan sains dari aspek klimatologi, pranata mangsa memberikan informasi mengenai perubahan musim serta waktu-waktu yang dipengaruhi oleh angin disertai arahnya yang dikendalikan oleh peredaran matahari.

Pranata mangsa menggunakan peredaran matahari sebagai acuan dengan siklus berumur 365 hari atau 366 hari. Tanggal 22 Juni dipilih sebagai hari pertama dalam kalender pranata mangsa karena, pada tanggal tersebut adalah hari pertama bergesernya kedudukan matahari dari garis balik utara ke garis balik selatan.

Bila matahari begeser ke utara dan berada di utara khatulistiwa, artinya musim kemarau. Sebaliknya bila matahari bergeser ke selatan dan berada di selatan khatulistiwa, artinya musim hujan. Bila matahari berada di sekitar khatulistiwa, artinya musim pancaroba, yang terbagi menjadi dua, yaitu pancaroba menjelang musim penghujan dan pancaroba menjelang musim kemarau.

Melihat posisi Pulau Jawa yang terletak posisi 5°54’08” – 8°50’20” Lintang Selatan dan relatif sejajar dengan garis khatulistiwa, maka diduga bahwa pranata mangsa hanya berlaku di Pulau Jawa, mungkin juga hingga Pulau Bali. Hasil penelitian dari 5 literatur menyatakan bahwa dapat diketahui dapat meningkatkan keakuratan pranata mangsa petani perlu memperhatikan alternatif yang digunakan dalam analisisnya.

Tinjauan sains yang digunakan dalam narrative review ini adalah gerak semu tahunan matahari dan arah angin. Pranata mangsa adalah suatu kearifan lokal yang perlu dilestarikan mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi segala bidang kehidupan.

Terlepas dari apakah Pranata Mangsa secara praktis bisa atau tidak digunakan saat ini, kalender ini memiliki peran sentral dalam sejarah Nusantara. Kalender ini pastinya telah ikut menyumbang kebesaran kerajaan-kerajaan di Jawa dari Mataram Kuno hingga Mataram Islam.

Kalender ini juga membuktikan kecerdasan masyarakat tradisional dalam membaca pola-pola perubahan alam dan menuangkannya dalam bentuk penanggalan yang bisa digunakan sebagai pedoman praktis dalam kehidupan keseharian.

Semoga Artikel dan aplikasi Pranoto Mongso Online bermanfaat. Jika ada salah mohon maaf :)

Anda mungkin menyukai postingan ini

Terima kasih telah membaca Aplikasi Pranata Mangsa Online , Cara Mudah dan Praktis Untuk Melihat Musim Dalam Budaya Jawa , Dapatkan Update dari PanjiNawangkung di Google News Dengan klik LINK/GAMBAR DIBAWAH INI dan jangan lupa FOLLOW
Image
  1. Untuk menyisipkan sebuah kode gunakan <i rel="pre">code_here</i>
  2. Untuk menyisipkan sebuah quote gunakan <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image">url_image_here</i>

DMCA.com Protection Status

Page Load Time...

Nih buat jajan